Tidak pernah ku sangka aku adalah calon seorang guru. Sejak kecil
aku tidak pernah mencita-citakan menjadi seorang guru. Tapi setiap aku
mengikuti pelajaran, aku selalu mengamati setiap karakter guru-guruku. Dalam
benakku aku selalu berfikir ‘aku tidak akan mengajar seperti ini jika aku
menjadi guru kelak’ (jika aku merasa tidak nyaman dengan guru tersebut) atau
‘aku akan menjadi guru yang seperti ini jika aku menjadi guru kelak’ (jika aku
menyukai karakter ataupun pembelajarannya).
Tibalah musim ujian masuk perguruan tinggi, aku puu masih bingung
dengan prodi yang harus aku pilih, karena ini sangat menentukan masa depanku.
Pilihan pertama adalah pilihan orang tuaku (Ilmu Informasi dan Perpustakaan).
Aku menyetujui karena benar-benar bingung dengan prodi yang harus aku tentukan
meskipun aku tidak tahu secara detail tentang prodi tersebut.
Pilihan kedua => aku benar-benar kebingungan. Aku sudah punya
pilihan kampus, yaitu UIN Maulana malik Ibrahim Malang. Tapi aku belum menemukan
prodi yang cocok yang sesuai dengan kemampuanku.
Aku masih sangat mengingat pesan dari wali kelasku agar selalu
membaca Fatihah. Entah dalam keadaan tidak bisa mengerjakan, memilih jawaban,
berdoa, apapun itu. Karena rangkuman dari Al-Qur’an adalah surat Al-Fatihah, jadi
berdoa dengan Fatihah sedikit banyak telah mewakili semuanya. (My Opinion)
Aku lakukan pesan itu, setelah aku baca Fatihah 3kali, aku baca
sekali lagi dengan memejamkan mata dan menggerakkan mouse diantara pilihan
prodi-prodi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Tanganku terheni ketika bacaan
Fatihah selesai aku baca. Aku berdoa kepada Allah, apapun prodi yang telah
ditunjukkan oleh mouse yang aku pegang, ini adalah petunjuk Allah. Aku coba
membuka mata pelan-pelan, aku melihat mouse yang berhenti di sebuah tulisan
“Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah”. Langsung aku klik tanpa memikirkan
APAPUN.
Pengumuman Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri telah dibuka.
Tengah malam aku sama sekali tidak bisa memejamkan mata. Aku memberanikan diri melihat
pengumuman di internet via Hp. Tapi yang aku lihat pertama kali bukan milikku,
melainkan sahabat-sahabatku yang mengikuti tes yang sama, karena kartu ujian tes
mereka dalam bentuk soft file ada di flash disk-ku dan sempat aku catat di Hp.
Kedua temanku gagal mengikuti tes itu. Aku semakin was-was dan merasa tidak
yakin dengan hasilku. Aku urungkan niatku untuk melihat hasilnya dan memilih
tidur agar aku bisa lebih tenang. Namun tetap saja hati tak bisa dibohongi
untuk segera melihat hasilnya. Temanku pun mengirim pesan menanyakan hasilku,
aku bilang sejujurnya bahwa aku tidak berani melihat hasilnya. Dia memaksa dan
meyakinkanku bahwa aku pasti diterima meskipun ia sendiri gagal. Akhirnya aku
baca Fatihah lagi dan memberanikan diri untuk melihat pengumuman itu.
Ku tulis nomor tesku. Aku memejamkan mata. Loading di Hp selesai.
Aku buka mata perlahan. Bukan warna merah yang tampak di layar Hpku seperti aku
melihat hasil kedua temanku. Aku tenangkan hatiku sejenak dan membaca tulisan
itu perlahan. “ALHAMDULILLAH………….” Aku turun dari ranjang dan sujud syukur, aku
jingkrak-jingkrak tengah malam. Aku masih belum percaya, aku putuskan untuk
membuka di komputerku dengan modem tengah malam itu juga (menjelang pagi). Dan
aku yakin itu merupakan keputusan yang mutlak.
Keesokan harinya, aku tidak memberi tahu keluargaku. Aku
membiarkan mereka tahu dengan sendirinya. Kakakku melihat di internet, Abahku
melihat di koran, Ibuku tahu dari guruku. Sungguh aku terharu dengan ekspresi
Ibu yang pulang dalam keadaan menangis dan meninggalkan pekerjaannya demi
mengonfirmasi kabar itu kepadaku. Saat itulah aku merasakan betapa bahagianya hati
seorang Ibu terhadap anaknya.
Setelah 4 semester aku menjalani perkuliahan di fakultas Tarbiyah
yang menuntut aku menjadi seorang pendidik, aku banyak belajar bagaimana
seharusnya menjadi seorang guru. Sebuah profesi yang tidak pernah aku
cita-citakan sejak kecil. Namun, seiring dengan proses perkuliahan yang selama
ini aku jalani, timbul rasa cinta yang amat sangat untuk menjadi seorang guru.
Bukan hanya seorang guru yang ‘mengajar dan mendidik’, tapi aku ingin menjadi
seorang guru yang bisa merubah peradaban pendidikan. Meskipun tugas guru
sangatlah berat, dari menyusun RPP, PROMES, PROTA, membuat modul, dan masih
banyak lagi tuntutan menjadi seorang guru lainnya.
Untuk para pembaca yang terhormat, mohon berbagi ilmu sedikit
untuk saya. Tuliskan pendapat anda tentang “Bagaimana guru profesional menurut
anda?” or “Type guru yang bagaimana yang anda sukai?”
Terimakasih telah menyempatkan waktu untuk membaca tulisan
seseorang yang baru belajar menulis. =^_^=
0 komentar:
Posting Komentar